"Rikka!! Rikka, kamu disini?" panggil Anna sambil setengah berlari
mencari Rikka di pojok ruang perpustakaan sekolah, tempat Rikka biasa
duduk sambil membaca novel misteri kesukaannya.
"Apa sih?!" Tanya Rikka dengan ketus karena merasa terganggu atas panggilan Anna
"Itu
lho, pe-er matematika, kan aku mau nyontek-eh-mau minta di ajarin soal
pe-ernya, kan matematika habis istirahat, tadi pagi kan kamu janji mau
kasih tau aku" jawab Anna
"eee~h? kenapa gak dari tadi sih?nyusahin amat" hela Rikka
"Ayolah~~nanti aku traktir eskrim deh" bujuknya
"........, tapi jangan yang 3 ribuan ya"
"iya, beres, kubeliin yang harga 5 ribu deh"
"oke"
Rikka
dan Anna pun berjalan menuju kelas menyusuri lorong sekolah yang hijau,
nyaman dan "BUAKK!" sebuah bola melayang ke kepala Rikka dan
menghempaskannya jatuh ke arah kiri, dan membuat Anna yang berada di
sebelahnya panik
"Eh, Sori, lw gapapa?" tanya seorang anak cowok yang mendekati mereka berdua
dengan
tangan yang masih memegang bagian samping kanan kepalanya Rikka berkata
"kayaknya pertanyaanmu itu bisa dijawab dengan ngeliat kepalaku aja
deh" ketus
"Eh, Sori" ujarnya sambil mengambil bola "badan lw kecil sih, jadi gak keliatan"
"Ih, gak sopan!" tegur Anna
dengan tangan yang masih mengusap-usap kepalanya, Rikka berkata "ke kelas aja yuk, biar Tuhan yang membalas!"
Rikka
berjalan dengan cepat yang kemudian disusul Anna meninggalkan anak
cowok yang kesal dengan perkataan Rikka, ya, tubuh Rikka memang kecil
untuk anak seumurannya, tingginya tidak mencapai 150cm, tubuhnya kurus
ramping, tangan dan kakinya mungil dengan rambut sebahu yang dihiasi
pita berwarna merah membuatnya terlihat seperti anak kelas 4 sd, berbeda
dengan umurnya yang kini menginjak kelas 2 SMA.
berbeda dengan
sahabat Rikka, Anna, dia nampak seperti anak SMA pada umumnya yang suka
berdandan, shopping dan segala macam bentuk ke-gaul-an yang dipandang
Rikka sebagai sifat yang sangat boros dan mengarah ke kehidupan
hedonisme.
"masih sakit?" tanya Anna cemas
"yah, lumayan" jawab Rikka lemas
"apa perlu ke UKS?"
"gak usah, ngeribetin aja"
"uuuh, aku pernah denger tau Ka, katanya kalau kena benturan di kepala nanti jadi bego" ucap Anna dengan semangat
Rikka
menatap Anna dalam-dalam, menghela nafas dan kemudian berkata "Bego?
Aku? butuh lebih dari bola biar bikin aku bego" sindir Rikka
"buuu" ejek Anna
ya,
memang, untuk ukuran anak SMA, Rikka tergolong jenius, sejak kecil ia
selalu juara kelas, dia dapat dengan mudahnya menghapal hanya dengan
sekali melihat, dia juga diberkati dengan kemampuan logika dan
aritmatika yang sangat baik, hanya saja kejeniusannya tidak berlaku
untuk ukuran tubuhnya yang hal ini sangat bertolak belakang dengan Anna,
Anna hanya gadis biasa, dengan kemampuan otak yang biasa, dan ukuran
tubuh yang sedikit di atas rata-rata. yang membuat Rikka yang berjalan
di sebelahnya sering dianggap adiknya.
"Eh, Rikka, tunggu dulu" ucap Anna sambil menarik tangan Rikka
"apa sih?"
"Itu, di depan, ada Riza"
"siapa Riza?"
"Haduuuuuh,
kamu itu bener-bener ya, cuma pinter di pelajaran aja ya? makanya gaul
dong, gaul, jangan cuma baca buku sama baca komik aja"
"ya~ya, jadi siapa Riza?"
"Itu lho, anak kelas kita yang di skors kemaren karena berantem sama geng anak kuliahan"
"oh, terus? dia menang?"
"eh?gatau, habis dia serem, aku takut sama dia"
"hee~~~terus mau ke kelas ga? istirahat udah mau habis lho?nanti gabisa ku ajarin lho"
"nanti deh, tunggu si Riza masuk dulu ke kelas"
Rikka
terdiam, berfikir, dan "bukannya kita sekelas ma dia?kalau emang mau
nunggu dia masuk, nanti kita gak ke kelas-kelas, gimana sih?"
"eh, iya juga sih, tapi takut"
".....aku jalan duluan deh" ucap Rikka sambil menggandeng tangan Anna
sesampainya
di kelas, Rikka mengajarkan Anna tentang pe-er matematika, muali dari
cara gampang, hingga cara rumit, dan kemudian berakhir dengan Anna yang
menyalin pe-er Rikka karena menyerah tidak mengerti.
"oia" celetuk Anna
"apa?"
"udah tau belom, buat tugas kesenian nanti dibagi per kelompok lho?"
"terus?"
"yah, semoga aja kita gak sekelompok sama Riza ya"
"....jangan ngomong gitu, nanti kejadian lho?"
"eeeh? Rikka jangan ngomong gitu dong!!! kan semua ucapanmu kalau yang kayak gitu biasanya jadi kenyataan"
" ya kamu nya jangan bikin aku ngomong kayak gitu dong"
"emang Rikka gak takut sama dia?"
"hmm,, gak juga, dia mirip sama Rido sih..."
"jangan bandingin dia sama kakakmu dong!!!! Rido kan cakep, putih, tinggi, keren, olahragawan, ngeband, pinter lagi"
"haha, kamu berlebihan muji dia tuh Na, nanti dia kege-eran kalau tahu"
"habis emang kenyataan kan?aku suka banget sama Rido"
"iya, iya, sayangnya kakakku udah punya pacar ya"
"puuuuuh,,,nanti juga dia ngelirik aku kalo aku udah jadi cantik"
"haha, kapan ya kamu jadi cantiknya" canda Rikka
tapi
emang bener, ucap Rikka dalam hati, si cowok yang namanya Riza itu,
sedikit mirip sama kakak, apa karena badannya sama-sama kayak gorila?
(-baca: tinggi)
"Nih Rikka, udah selese kusalin" ucap Anna sambil mengembalikan buku pe-er Rikka
"Hm,,magnum ya satu nanti pas pulang" ucap Rikka sambil memasukkan bukunya ke tas
"iya-iya"
jam
istirahatpun selesai setelah Rikka diberikan minyak obat oleh petugas
UKS kelas karena Anna ribut memegang kepala Rikka yang jadi memiliki
benjol besar setelah kena bola.
pelajaran matematika terasa
sangat panjang untuk Anna yang membenci matematika, segala jenis
hitungan dia tidak mengerti, sampai akhirnya guru matematika memarahinya
dan berkata kalau dia terlalu idiot karena untuk perkalian dan
peng-akaran mudah saja masih tidak bisa ia kerjakan,
dan pelajaran matematika pun selesai setelah Anna mulai menangis tersedu-sedu
"cup-cup" hibur Rikka
"nanti malem kita belajar sama-sama di rumahku ya" lanjutnya
Anna yang masih terisak mengangguk perlahan
bel
berikutnya berbunyi, dan dimulai lah pelajaran kesenian yang sangat
melegakan setelah pelajaran matematika yang sangat berat itu.
"Nah,
sesuai sama kesepakatan kita minggu kemarin, untuk tugas kesenian
berikutnya dilakukan ber kelompok ya, setiap kelompok harus ada 3
perempuan dan 2 laki-laki"
dan perebutan anak laki-laki pun dimulai seusai guru kesenian menjelaskan hal-hal apa yang mesti dibuat
Rikka
dengan tubuhnya yang kecil, saat berdiri untuk "pelelangan" anak
laki-laki gagal mendapatkan anak lelaki yang pintar. dan karena tubuhnya
juga, dia kemudian mendapatkan kelompok dengan anggota yang paling
tidak diinginkan Anna : Riza dan Doni.